Sabtu, 09 Januari 2010

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Salah satu kendala penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman adalah gangguan biotis yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu gangguan oleh makroorganisme yang dikenal dengan gangguan hama, dan gangguan mikroorganisme yang disebut sebagai gangguan penyakit.

Istilah hama dan penyakit sering dianggap sama. Memang keduanya sama-sama mendatangkan kerugian bagi tanaman maupun manusia, tetapi sebenarnya hama dan penyakit adalah dua hal yang berbeda.

Hama merupakan binatang yang merusak tanaman dari segi ekonomis. Karena manusia sangat peka jika terjadi kekurangan secara ekonomis, dan hal ini akah menjadi perhatian. Sedangkan penyakit merupakan keadaan tanaman yang terganggu petrumbuhannya dan penyebabnya bukan binatang (hama). Penyebab penyakit dapat berupa bakteri, virus, jamur, ganggang, maupun karena kekurangan unsur hara.

Dahulu manusia tidak terlalu mempermasalahkan atau memikirkan keadaaan tanaman yang mereka, karena mereka beranggapan bahwa alam yang akan memelihara tanaman itu sendiri. Tapi kian lama, seiring dengan perkembangan jaman, teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia tidak berhenti dan pasrah pada keadaan alam. Mereka mulai mencari tahu bagaimana hasil produksi tanaman yang mereka tanam mengalami penurunan. Dengan berkembangnya ilmu, semakin banyak hama dan penyakit yang diketahui. Semakin lama, hama dan penyakit pun semakin bertambah jumlah maupun jenisnya.

Berkembangnya hama dan penyakit dapat disebabkan beberapa hal seperti di bawah ini.

- Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan semakin banyak jenis hama dan penyakit yang diketahui pula. Ada hama dan penyakit yang dahulu tidak dikenali, tetapi sekarang sudah diketahui.

- Ada kecenderungan manusia untuk memperhatikan hama dan penyakit setelah terjadi serangan hebat. Karena itu, keberadaan hama dan penyakit tersebut sebenarnya sudah sejak lama ada, tetapi karena akibat yang diderita dirasa masih sedikit dan tidak begitu signifikan, jadi manusia belum memperhatikannya. Karena tidak adanya perhatian dan penanganan atas akibat tersebut membuat serangan semakin merajalela dan mengakibatkan kerugian yang semakin besar. Baru setelah itu diadakan penelitian dan manusia pun akhirnya dapat membuat pernyataan bahwa telah ditemukan hama dan penyakit baru.

- Hama dan penyakit pun dapat berpindah seperti manusia. Hama lebih leluasa bergerak, sedangakan pergerakan penyakit harus melalui perantara.

- Adanya tanaman hasil silangan dapat menimbulkan penyakit baru atau kemungkinan penyakitnya sama yang telah ada, tetapi karena menyerang tanaman baru, maka gejala yang tampak seperti penyakt baru.

- Pengendalian yang keliru, juga dapat menyebabkan berkembangnya hama dan penyakit, terlebih bila memakai pestisida. Pemakaina pestisida sebagai upaya pengendalian harus sesuai dengan dosis. Kelebihan atau kekurangan dosis dapat berakibat merugikan manusia.

- Kekebalan terhadap pestisida merupakan salah satu factor penyebab mutasi gen. adanya mutasi gen dapat menghasilkan hama dan penyakit baru.

Karena efek atau dampak yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit sangatlah merugikan manusia. Maka dilakukan upaya pengendalian hama untuk menekan laju pertumbuhan hama maupun penyakit, salah satu upaya pengendalian yang dilakukan adalah dengan menggunakan varietas tahan atau tanaman resisten. Upaya pengendalian dengan membudidayakan varietas tahan lebih baik dibandingkan dengan menggunakan pengendalian secara kimiawi yang dapat menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Salah satu contoh hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat kita lihat pada tanaman ubi jalar.

Hama-hama yang menyerang tanaman ubi jalar adalah Penggerek Batang Ubi Jalar, Hama Boleng atau Lanas, dan Tikus (Rattus rattus sp). Untuk penyakit yang menyerang ubi jalar adalah kudis atau scab, layu fusarium, virus dan penyakit lain seperti bercak daun cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann, busuk basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan klorosis daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz.

Penyakit kudis disebabkan oleh cendawan Elsinoe batatas. Tanaman ubi jalar yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala adanya benjolan-benjolan pada tangkai serta urat daun, dan daun-daun bekerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun (rendah), bahkan tidak menghasilkan sama sekali.

Karena dampaknya yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan dan mutu ubi jalar, maka harus dilakukan pengendalian terhadap penyakit ini. Salah satunya adalah dengan penggunaan varietas tahan. Pengendalian varietas tahan dalam menanggulangi penyakit kudis atau scab dinilai lebih efektif, efisien, murah dan tidak mencemari lingkungan.

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab penyakit kudis atau scab

2. Untuk mengetahui penyebaran penyakit kudis atau scab di Papua

3. Untuk mengetahui gejala serangan penyakit kudis atau scab

4. Untuk mengetahui upaya pengendalian penyakit kudis atau scab melalui strategi penggunaan varietas tahan.

5. Untuk mengetahui kelemahan dan keuntungan penggunaan varietas tahan.

1.3. Kegunaan

Teoritis

Secara teoritis, makalah ini dapat dipergunakan oleh para peneliti sebagai acuan perkembangan produksi tanaman pangan, khususnya tanaman ubi jalar. Informasi tentang penyakit kudis pada ubi jalar tersebut sangat berguna bagi para peneliti dalam penerapan seleksi untuk menciptakan kultivar unggul baru dan meningkatkan hasil produksi tanaman ini dan memiliki ketahanan terhadap penyakit kudis sehingga menciptakan produk yang berdaya ekonomi tinggi.

Praktis

Secara praktis, makalah ini dapat digunakan bagi mereka yang mempelajari ilmu pertanian, baik petani maupun mahasiswa pertanian dalam upaya peningkatan produksi tanaman ubi jalar melalui pengendalian varietas tahan yang dinilai lebih efektif, murah, dan ramah lingkungan dibanding komponen produksi lainnya. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi ubi jalar dan menghindari terjadinya serangan penyakit kudis, serta dapat memperkecil kerugian.

1.4. Kajian Teori

- Hama

Hama adalah makhluk hidup yang menjadi pesaing, perusak, penyebar penyakit, dan pengganggu semua sumber daya yang dibutuhkan manusia. Definisi hama bersifat relatif dan sangat antroposentrik berdasarkan pada estetika, ekonomi, dan kesejahteraan pribadi yang dibentuk oleh bias budaya dan pengalaman pribadi. Hama sangat merugikan, hal ini terlihat jelas pada segi ekonomi yang menjadi dampaknya. .Kerugian tersebut dihubungkan dengan segi ekonomi karena apabila tidak terjadi penurunan nilai ekonomi, manusia tidak akan memperhatikannya. Kerugian yang ditimbulkan oleh hama mempunyai kisaran yang besar. Hal ini dipengaruhi oleh jenis hamanya. Jenis hama ada 4, yaitu hama utama, hama potensial, hama sementara, atau hama pindahan.

o Hama utama adalah binatang yang memakan tanaman.

o Hama potensial terdiri dari binatang yang sebenarnya tidak merusak tanaman tertentu, tetapi berpotensi menjadi hama bila ada perubahan.

o Hama sementara sebenarnya keberadaannya telah lama, tetapi karena populasi yang sedikit menyebabkan kerugian yang timbul tak berarti.

o Hama pindahan merupakan hama yang suka berpindah. Karena sifatnya yang suka berpindah ini, serangannya tidak dapat diduga.

Ada beberapa jenis binatang yang termasuk hama. Dari sekian jenis dapat digolongkan menadi enam kelompok, yaitu nematode, moluska, serangga, akarina (tungau), burung, dan mamalia.

- Penyakit

Penyakit merupakan keadaan tanaman yang terganggu pertumbuhannya dan penyebabnya bukan binatang (hama). Penyebab penyakit dapat berupa bakteri, virus, jamur, ganggang, maupun karena kekurangan unsure hara. Pada umumnya tanaman yang sakit tidak menguntungkan manusia. Namun, ada tanaman sakit yang menguntungkan, bahkan meningkatkan nilai ekonomi tanaman itu. Tanaman yang mengidap penyakit menunjukkan indikasi berupa gejala yang merupakan kondisi dari penyakit dan perwujudan reaksi fisiologis tanaman terhadap aktivitas yang merugikan dari pathogen. Setiap jenis penyakit menunjukkan gejala yang khas hingga mencapai gejala terakhir yang dinamakan sindrom.

- Resistensi atau ketahanan tanaman

Definisi resistensi tanaman terhadap hama dan penyakit yang disampaikan para ahli beragam sesuai sudut pandang mereka, antara lain: Painter (1951) mendefinisikan resistensi tanaman merupakan sifat-sifat tanaman yang dapat diturunkan dan dapat mempengaruhi tingkat kerusakan. Beck (1965) mengemukakan bahwa resistensi tanaman adalah semua ciri dan sifat tanaman yang memungkinkan tanaman terhindar, mempunyai daya tahan atau daya sembuh dalam kondisi yang akan menyebabkan kerusakan lebih besar pada tanaman lain dari spesies yang sama. Sedangkan Teetes (1996) menyatakan bahwa dalam praktek pertanian, resistensi tanaman berarti kemampuan tanaman untuk berproduksi lebih baik dibandingkan tanaman lain dengan tingkat populasi hama yang sama. Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa resistensi tanaman adalah kemampuan tanaman untuk menghindar atau melindungi dirinya dari serangan hama dan penyakit yang dapat manggangu kelangsungan hidupnya.

Mekanisme resistensi tanaman terhadap serangan hama dan penyakit ke dalam 3 bentuk, yaitu:

a. Ketidaksukaan (non preferences) atau juga disebut antixenotis, yaitu menolak kehadiran serangga pada tanaman. Bentuk mekanisme resistensi non preferences dibagi dalam dua kelompok, yaitu: antixenotis kimiawi, menolak kerana adanya senyawa allelokimia, dan antixenotis fisik, menolak karena adanya struktur atau morfologik tanaman.

b. Antibiotis yaitu semua pengaruh fisiologis pada hama yang merugikan dan bersifat sementara atau yang tetap, yang merupakan akibat dari hama yang memakan dan mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu. Gejala-gejala akibat antibiotis pada hama diantaranya, adalah: kematian larva atau pradewasa, pengurangan laju pertumbuhan, peningkatan mortalitas pupa, ketidakberhasilan dewasa keluar dari pupa, imago tidak normal dan fekunditas serta fertilitas rendah, masa hidup serangga berkurang, terjadi malformasi morfologik, kegagalan mengumpulkan cadangan makanan dan kegagalan hibernasi, perilaku gelisah dan abnormalitas lainnya. Gejala-gejala abnormal tersebut terjadi diakibatkan oleh beberapa hal, antara lain: adanya metabolit toksik pada jaringan tanaman seperti alkaloid, glukosid dan quinon, tidak ada atau kurang tersedianya unsur nutrisi utama bagi hama, ketidakseimbangan perbandingan unsur-unsur nutrisi yang tersedia, adanya antimetabolit yang menghalangi ketersediaan beberapa unsur nutrisi bagi hama, dan adanya enzim-enzim yang mampu menghalangi proses pencernaan makanan dan pemanfaatan unsur nutrisi oleh serangga.

c. Toleran merupakan respon tanaman terhadap hama, sehingga beberapa ahli tidak memasukannya dalam ketahanan. Beberapa faktor yang mengakibatkan tanaman toleran terhadap serangan hama, adalah:

· kekuatan tanaman secara umum,

· pertumbuhan kembali jaringan tanaman yang rusak,

· ketegaran batang dan ketahanan terhadap rebah,

· produksi cabang tambahan,

· pemanfaatan lebih efisien oleh serangga dan kompensasi lateral oleh tanaman tetangganya.

Ketahanan tanaman inang terhadap hama, dapat bersifat :

(1) genetik, yaitu sifat tahan yang diatur oleh sifat-sifat genetik yang dapat diwariskan,

(2) morfologi, yaitu sifat tahan yang disebabkan oleh sifat morfologi tanaman yang tidak menguntungkan hama, dan

(3) ekologi, yaitu ketahanan tanaman yang disebabkan oleh pengaruh faktor lingkungan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penyebab Penyakit Kudis atau Scab

Penyakit utama pada tanaman ubi jalar adalah penyakit kudis atau scab. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Elsinoe batatas. Pathogen ini merupakan salah satu pathogen penting di daerah tropic dan dapat menurunkan hasil hingga 30% pada varietas yang rentan terhadap penyakit kudis. Kondisi lingkungan yang lembab dan curah hujan yang tinggi sangat mendukung perkembangan cendawan Shpaceloma batatas atau Elsinoe batatas. Sumber inokulum berasal dari stek yang sakit, umumnya tanaman ubi jalar ini diperbanyak dari stek, maka penyebaran cendawan ini sangat mudah. Penyakit dapat berkembang biak pada suhu 13-27°C. sumber peularan cendawan ini juga berasal dari sisa-sisa tanaman ubi jalar yang sakit.

2.2. Penyebaran Penyakit Kudis atau Scab di Papua

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan makanan pokok masyarakat di Kawasan Timur Indonesia, khususnya Papua dan Papua Barat. Selain sebagai bahan pangan, ubi jalar juga digunakan untuk pakan babi.

Hasil uji adaptasi beberapa klon ubi jalar di dataran tinggi Sriwijaya, yaitu di Holima, Napua, dan Sinakma, memperlihatkan hasil yang baik. Hasil umbi segar klon Helaleke Lama berturut-turut mencapai 29,77; 13,73; dan 11,55 t/ha, lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan klon lainnya yang diuji, termasuk klon Siate sebagai pembanding. Hasil rata-rata umbi, bahan kering umbi, kandungan beta karoten, dan ketahanan terhadap penyakit kudis (Elsinoe batatas), dan beberapa klon harapa ubi jalar yang cocok untuk dataran tinggi Papua.

Untuk daerah pegunungan di Papua, ketahanan tanaman ubi terhadap kudis sangat penting karena tanaman dipanen secara bertahap, mulai umur 5 bulan sampai 8-10 bulan, serta kelembapan udara cukup tinggi. Varietas Papua Salossa, Papua Pattipi, dan Sawentar lebih tahan terhadap penyakit kudis dibanding Cangkuang. Umumnya petani menanam beberapa varietas ubi jalar pada satu bedengan untuk menekan serangan penyakit.

Persentase tumbuh tanaman ubi jalar berkisar 97-100&. Persentase tumbuh tertinggi ditunjukkan oleh varietas Cangkuang. Selama masa pertumbuhan, hanya satu varietas yang terserang penyakit kudis (E. batatas), yakni varietas 125881. Hamper tidak ada tanaman yang terserang hama.

2.3. Gejala Penyakit Kudis atau Scap pada Ubi Jalar

Gejala spesifik tanaman yang terserang cendawan ini adalah berupa kudis pada daun dan batang. Pada awalnya, gejala ini terbentuk bercak bundar sampai elips (bulat lonjong) pada batang. Bercak berwarna kuning kecoklat-coklatan. Pada serangan yang berat, panjang bercak mencapai 1 cm dan bercak yang satu dengan yang lainnya saling bertemu sehingga warnanya menjadi coklat muda. Pada tingkat selanjutnya, daun berubah bentuk menjadi keriting atau berkerut dan tunas-tunas muda menjadi kerdil. Akibat serangan penyakit kudis, daun ubi jalar menjadi tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga menurunkan hasil umbi.

2.4. Pengendalian Penyakit Kudis dengan Varietas Tahan

Pengendalian penyakit kudis dapat dilakukan dengan menanam varietas ubi jalar yang tahan penyakit kudis, misalnya SQ 27, BIS-183, Daya, Borobudur, BIS 29, Maria dan numfor II (Irian Jaya), rosi Pangkur Merah, Sawitri, dan Gedang. Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a)

Berdaya hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar.

b)

Berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan.

c)

Rasa ubi enak dan manis.

d)

Tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit kudis oleh cendawan Elsinoe sp.

e)

Kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram.

f)

Keadaan serat ubi relatif rendah.

Varietas unggul ubi jalar yang tahan terhadap penyakit kudis scab:

1. Varietas Borobudur

Merupakan hasil persilangan antara ubi jalar varietas daya dan ubi jalar varietas Filipina.

§ Memiliki potensi hasil 35 ton/ha

§ Berumur pendek, yakni sekitar 3,5-4 bulan

§ Kandungan protein dalam umbi 0,6%, kandungan beta karoten 12,26 mg per 100 gram bahan, dan rendemen tepung 28%

§ Kulit umbi berwarna oranye dan daging umbi berwarna oranye memiliki bentuk lonjong

§ Rasanya manis

§ Tahan terhadap penyakit kudis yang disebabkan oleh cendawan Elsinoe sp

2. Varietas Daya

Merupakan hasil persilangan antara ubi jalar varietas putrid selatan dan ubi jalar varietas jonggol.

§ Memiliki potensi hasil 35 ton/ha

§ Umur panen 4 bulan

§ Kandungan protein dalam umbi 0,8% dan kandungan beta karoten dalam umbi 279 mg per 100 gr bahan

§ Kulit umbi berwarna kuning dan daging umbi berwarna oranye. Umbi berbentuk oval

§ Rasanya manis

§ Tahan terhadap penyakit kudis

3. Varietas Prambanan

Merupakan persilangan antara ubi jalar varietas daya dan ubi jalar varietas centennial II.

§ Memiliki potensi hasil 30 ton/ha

§ Umur panen antara 4-4,5 bulan

§ Kandungan protein umbi 0,64%, kandungan beta karoten 614 g per 100 g bahan, dan rendemen tepung 5,4%

§ Kulit umbi berwarna oranye dan daging umbi berwarna oranye

§ Umbinya berbentuk oval dan rasanya manis

§ Tahan terhadap penyakit kudis

4. Varietas Mendut

Merupakan klon MLG 12653 introduksi IITA, Nigeria.

§ Memiliki potensi hasil 50 ton/ha

§ Umur panen 4 bulan

§ Kulit umbi berwarna merah muda dan daging umbi berwarna jingga muda

§ Umbi berbentuk bulat panjang dan tekstur umbi kasar, rasanya manis

§ Tahan terhadap penyakit kudis

2.5. Keuntungan dan Kelemahan Varietas Tahan

§ Keuntungan pengendalian dengan menggunakan varietas tahan

Keuntungan menggunakan varietas tahan atau resisten dalam pengendalian hama atau penyakit antara lain:

(1) mengendalikan populasi hama/penyakit tetap di bawah ambang kerusakan dalam jangka panjang,

(2) tidak berdampak negatif pada lingkungan,

(3) tidak membutuhkan alat dan teknik aplikasi tertentu, dan

(4) tidak membutuhkan biaya tambahan lain. Namun demikian penggunaan varietas resisten tidak selamanya efektif, terutama apabila menggunakan varietas dengan ketahanan tunggal (ketahanan vertikal) secara terus menerus (Liu et al., 2000, Witcombe dan Hash, 2000).

Secara ekonomi keuntungan penggunaan tanaman resisten disebabkan karena tanaman resisten dapat meminimumkan kehilangan hasil akibat serangan hama dan dapat mengurangi pengeluaran untuk penggunaan pestisida.

Keuntungan lain dari pemanfaatan tanaman resisten dalam pengendalian hama adalah: berkurangnya penggunaan pestisida kimia yang berarti mengurangi polusi racun kimia pada lingkungan dan dapat mempertahankan atau meningkatkan keanekaragaman spesies. Di samping itu dalam tataran operasional pemanfaatan tanaman resisten kompatibel untuk dikombinasikan dengan hampir semua taktik pengendalian.

§ Kelemahan pengendalian dengan menggunakan varietas tahan

Beberapa kelemahan penggunaan tanaman resisten terhadap hama berdasarkan pengalaman selama ini, sebagai berikut:

o Daya tahan suatu varietas unggul yang berhasil dirakit sampai sekarang terbatas menghadapi beberapa spesies hama saja.

o Varietas yang baru berhasil dirakit belum tentu disukai oleh petani dan konsumen, karena belum dapat memenuhi keinginan mereka, seperti rasa, umur tanaman, produktifitas, dan lain-lain.

o Memperkenalkan varietas baru kepada petani memerlukan usaha penyuluhan yang intensif dan memakan waktu.

o Biaya yang harus disediakan untuk mengganti varietas lama dengan yang baru cukup banyak.

o Penelitian memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan satu varietas unggul baru yang tahan terhadap satu spesies hama.

o Tidak mudah untuk menggabungkan faktor-faktor ketahanan dari suatu varietas atau organisme ke dalam varietas baru.

BAB III

KESIMPULAN

- Hama merupakan binatang yang merusak tanaman dari segi ekonomis. Sedangkan penyakit merupakan keadaan tanaman yang terganggu petrumbuhannya dan penyebabnya bukan binatang (hama).

- Resistensi tanaman adalah kemampuan tanaman untuk menghindar atau melindungi dirinya dari serangan hama dan penyakit yang dapat manggangu kelangsungan hidupnya.

- Penyakit utama pada tanaman ubi jalar adalah penyakit kudis atau scab. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Elsinoe batatas.

- Untuk daerah pegunungan di Papua, ketahanan tanaman ubi terhadap kudis sangat penting karena tanaman dipanen secara bertahap. Umumnya petani menanam beberapa varietas ubi jalar pada satu bedengan untuk menekan serangan penyakit. Varietas Papua Salossa, Papua Pattipi, dan Sawentar lebih tahan terhadap penyakit kudis dibanding Cangkuang.

- Gejala spesifik tanaman yang terserang cendawan ini adalah berupa kudis pada daun dan batang.

- Pengendalian penyakit kudis dapat dilakukan dengan menanam varietas ubi jalar yang tahan penyakit kudis, misalnya: Varietas Borobudur, Varietas Daya, Varietas Prambanan, dan Varietas Mendut

- keuntungan penggunaan tanaman resisten dapat meminimumkan kehilangan hasil akibat serangan hama dan dapat mengurangi pengeluaran untuk penggunaan pestisida. Keuntungan lain dari pemanfaatan tanaman resisten dalam pengendalian hama adalah: berkurangnya penggunaan pestisida kimia yang berarti mengurangi polusi racun kimia pada lingkungan dan dapat mempertahankan atau meningkatkan keanekaragaman spesies.

- Penggunaan tanaman resistan jugah memiliki kelemahan, diantaranya adalah

o Daya varietas unggul terbaru masih terbatas.

o Varietas yang baru berhasil dirakit belum tentu disukai oleh petani dan konsumen

o Varietas yang baru berhasil dirakit belum tentu disukai oleh petani dan konsumen, dll.



DAFTAR PUSTAKA

Balitkabi. 2008. Teknologi Produksi Ubi jalar. Balitkabi: Malang

Dede Juanda Js, dan Bambang Cahyono, 2000. Ubi Jalar Budidaya dan Analisis Usaha Tani, Kanisius: Yogyakarta.

Jermia Limbongan, dan Alberth Soplanit. 2007. Ketersediaan Teknologi dan Potonsi Pengembangan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) di Papua. Balitbang: Jakarta

Samsudin. 2008. Resistensi Tanaman Terhadap Serangga Hama. http://www.blogspot.com/Samsudin. diakses pada 30 Oktober 2009

Tim Penulis PS. 1992. Hama Penyakit Sayur dan Palawija-Gejala,Jenis dan Pengendaliannya. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

0 komentar:

Posting Komentar